Teringat percakapan saya dengan seorang sahabat saya yang ingin mencalonkan diri sebagai walikota kemarin sore di suatu cafe, dan tanpa sengaja tadi malam juga saya kedatangan tamu seorang anggota dewan yang terhormat, semua isi pembicaraan kita tentang suatu keraguan dan keinginan, saya langsung teringat cerita dari tanah nenek moyang saya ini. Mungkin ini bisa menjadi motivasi sahabat-sahabat saya yang akan bertarung.
Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal dan terpencil, tumbuhlah satu tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai tumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Walau tampak seperti sebatang rumput biasa, si tunas muda itu merasa yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan berubah menjadi bunga lily yang cantik mempesona.
Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal dan terpencil, tumbuhlah satu tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai tumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Walau tampak seperti sebatang rumput biasa, si tunas muda itu merasa yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan berubah menjadi bunga lily yang cantik mempesona.
Tetapi rumput-rumput disekitarnya mengejeknya dan menertawakannya. Bahkan burung-burung dan serangga pun menasehatinya supaya si tunas lily berhenti bermimpi menjadi bunga yang indah. Kata mereka, “Sekalipun kamu bisa mekar menjadi bunga lily yang cantik, tetapi karena kamu berada di tebing yang terpencil, maka tidak ada seorang pun yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu.
Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam. Bahkan ia semakin rajin menyerap air dan memanfaatkan sinar matahari untuk memperkuat pertumbuhan akar dan batangnya. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, kuncup pertama pun mulai tumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usahanya tidak sia-sia dan hal itu menambah keyakinan maupun kepercayaan dirinya.
Bunga lily berkata kepada dirinya sendiri, “Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Tidak peduli apakah akan ada orang yang menikmati keberadaanku atau tidak, Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai denga jati diriku sebagai bunga lily.”
Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar dan menebar au yang harum di sekitarnya. Kini tampaklah keindahan bunga berwarna putih yang sempurna. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek atau menertawakan si bunga lily.
Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan bertumbuh terus. Dan hanya satu kuntum menjadi dua kuntum bunga, berkembang lagi dan terus berkembang, sampai akhirnya tepian tebing pun di selimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah dan mempesona. Tebing terjal dan terpencil itu pun akhirnya berubah menjadi taman bunga lily yang sangat indah dan menarik hati. Tempat yang semula sepi itu kini dikunjungi banyak orang. Banyak dari kota maupun dari desa, semua berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily putih tersebut. Akhirnya, tempat itu di kenang banyak orang dan terkenal dengan sebutan Tebing Bunga Lily.
JADIKANLAH KERAGUAN DAN EJEKAN SEBAGAI CAMBUK UNTUK MEMPERKUAT TEKAD DAN PERJUANGKAN DENGAN SEGENAP KEMAMPUAN YANG ADA, BUKTIKAN SEMUA MIMPI DAPAT MENJADI KENYATAAN !!!
http://hanny-kandou.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar