Welcome To My Blog

Foto saya
Welcome to my little blog. I will post here some of my happenings and also put up some photos. Hope you enjoy! I'm a Mr nice guy :-)Only ordinary people who live in that part of the power of dreams becoming reality. I have a high sense of nationalism for the country even though I come from a minority, this time I served as chairman of the National Mandate Party Manado. And last, I wanted to say, Khalil Gibran is still alive today. God is always with us

http://id.linkedin.com/in/kandou

Minggu, 20 Juni 2010

Siapakah yang Cacat?

Dicopy dari email sahabat saya
Sebenarnya Siapa yang Cacat?



Pada sebuah malam yang gelap bulan Agustus 1997, ketika dalam perjalanan pulang hujan turun dengan deras, saya mengendarai mobil melalui jalan yang sepi, angin kencang dan hujan deras menerpa mobil saya, kemudi oleng ke kanan, pada saat itu saya mendengar suara ledakan ban mobil saya pecah, saya menghentikan mobil saya dipinggir jalan, hujan masih deras, saya tidak mungkin turun dari mobil mengganti ban, sama sekali tidak mungkin, karena ketika berolah raga urat syaraf terluka, menyebabkan tangan dan kaki kiri saya tidak berfungsi, walaupun demikian pulang pergi ke kantor saya masih bisa mengendarai mobil yang sudah dipasang alat bantu khusus.

Saya masih mengharapkan ada kendaraan lewat yang berhenti membantu saya, tetapi setelah dipikir kembali rasanya tidak mungkin, kenapa mereka harus berhenti menolong saya? Jika saya juga tidak akan berhenti pada saat cuaca seperti ini. Saya lalu teringat dipinggir jalan tidak jauh dari tempat ini ada sebuah rumah, lalu saya perlahan-lahan menjalankan mobil, sangat beruntung saya melihat rumah itu lampunya menyala seperti menyambut saya. Saya menghentikan mobil saya didepan rumahnya dan membunyikan klakson, ada seorang gadis kecil membuka pintu, berdiri disana memandang saya, saya membuka jendela mobil, berteriak kepadanya :"Ban mobil saya pecah, saya membutuhkan bantuan orang mengganti ban, karena saya cacat, apakah ada yang bisa membantu saya?"

Dia masuk kembali ke dalam rumah, sejenak kemudian keluar lagi dia sudah memakai jas dan topi hujan, dibelakangnya diikuti seorang pria, dengan gembira menyapa saya. Saya duduk dengan nyaman didalam mobil, saya berpikir sungguh kasihan pria dan gadis kecil itu dibawah hujan deras dan angin kencang mengganti ban mobil, tetapi tidak apa-apa saya akan memberi mereka uang.

Hujan mulai reda, saya menurunkan kaca mobil memperhatikan mereka, gerakan mereka kelihatannya sangat lamban, saya mulai tidak sabar, dibelakang mobil kedengaran perkakas mobil dan suara gadis kecil :"Kakek, apakah ini dongkraknya?" saya mendengar pria itu berguman menjawab.

Akhirnya pekerjaan selesai, mereka berdiri didepan jendela mobil saya, pria tua ini kelihatan capek, dibawah jas hujan yang besar, badannya kelihatan lemah, gadis kecil ini kira-kira berumur antara 8 sampai 10 tahun. Ketika pria ini memandang ke arah saya, wajahnya yang periang dan senyumannya yang ramah menyapa saya :" Dalam cuaca buruk seperti sekarang, mobil yang rusak sangat berbahaya, tetapi sekarang sudah beres."

"Terima kasih." Saya menjawab :"Berapa ya saya harus membayar ongkosnya?"
Dia menggelengkan kepalanya : "Tidak perlu, Daisy berkata kepada saya, kamu cacat, saya sangat senang membantu anda, saya tahu jika hal ini terjadi pada saya, saya rasa kamu juga akan senang hati membantu saya bukankan begitu teman!"
Saya mengambil satu lembar uang 5 dollar :"Tidak! Tidak!, kamu pantas mendapat ongkos ini."

Dia tidak bermaksud mengambil uang saya, gadis kecil ini mendekati jendela mobil, dengan suara berbisik berkata kepada saya :"Kakek tidak bisa melihat."
Beberapa detik kemudian, saya merasa terkejut dan malu, selama ini saya belum pernah mempunyai perasaan yang demikian, seorang kakek buta dan seorang gadis kecil, didalam kegelapan malam dengan tangannya yang dingin meraba mencari perkakas mobil, matanya yang buta tidak bisa melihat dan hujan deras membantu saya mengganti ban mobil, sedangkan saya dengan nyaman duduk didalam mobil.

Sebenarnya siapa yang cacat?

Ketika mereka mengucapkan selamat malam dan meninggalkan saya, saya tidak ingat lagi berapa lama saya duduk terpaku disana, waktu berlalu terus membuat saya dapat mencari kenapa saya merasa sangat malu dan tidak nyaman, selama ini saya hanya memikirkan diri saya sendiri, mencari simpati orang lain merasa diri perlu dikasihani, sangat egois, sedangkan terhadap orang lain dingin, tidak peduli kepada orang lain, saya duduk disana berdoa, meminta kekuatan dari Tuhan sehingga saya bisa lebih mengetahui kekurangan diri sendiri, meminta kepercayaan diri sehingga saya dapat menghadapi semua rintangan dan mendoakan kakek buta dan gadis kecil ini semoga berbahagia selalu.

Minggu, 13 Juni 2010

AKU BEKU DALAM MATAHARI

Zaman itu, ketika semua bicara perubahan, dengan serempak semua bagai tersihir. Entah siapa yang memulai, semua terlena dalam kubangan harap dan impian. Hari hari itu dipenuhi slogan dan mantra-mantra: perubahan, perubahan, dan perubahan!

Di sudut sana, orang-orang memekik lantang, "Reformasi!"

Di pojok lapangan, para mahasiswa berteriak, "Reformasi!"

Hampir di setiap sudut, di setiap lorong, di setiap jalan, di setiap jembatan, di setiap gedung-gedung, hingga di setiap gubuk reot, semua bicara dan mengumpat lantang tentang suara yang sama: "Reformasi!"

Aku pun tak diam, aku berdiri di suatu bukit. Gemuruh angin kencang menyibak kesendirianku. Sekejap datang seseorang membawakan aku matahari. Wahai saudaraku, inilah matahari!

Dengan penuh keyakinan sungguh ia memeluk dan berbisik, jadilah matahari! Aku pun tersenyum dan datang menghampiri, impian yang sangat kuyakini.

Aku diam sejenak, demi dapatkan mantra sakti.

Setelah kutemukan, aku pun berteriak: "Hidup adalah perjuangan! Ya, Hidup adalah perjuangan! Perjuangan sebagai altar ibadah, perjuangan tanpa henti tanpa kenal menyerah"

Tapi, angin memang tak bisa ditebak,

Mungkin orang mengatakan aku menyerah! Mungkin orang mengatakan aku berlari! Tidak, Aku tak lari sembunyi, meski aku harus sembunyi. Karena tak ingin tangan hina ini kian kotor oleh kedunguanku yang tak terperi.

Cahaya itu ada di sini, Matahari itu ada di sini, Di dada ini, di dalam jiwa ini, cahaya yang selalu menerangi hati para pencari. Mencari keabadian dan kesejatian pribadi yang hakiki

Kini aku di sini, di jalan yang aku pilih ini, aku mengerti, setiap dari kita, hanya rangkaian proses untuk selalu terus bergerak, merangkak untuk menggapai Cinta Ilahi.


(Istirahat dulu dari panggung politik, konsentrasi ke bisnis dulu)