Welcome to my little blog. I will post here some of my happenings and also put up some photos. Hope you enjoy!
Welcome To My Blog
- hannykandou
- Welcome to my little blog. I will post here some of my happenings and also put up some photos. Hope you enjoy! I'm a Mr nice guy :-)Only ordinary people who live in that part of the power of dreams becoming reality. I have a high sense of nationalism for the country even though I come from a minority, this time I served as chairman of the National Mandate Party Manado. And last, I wanted to say, Khalil Gibran is still alive today. God is always with us
my main website
my other website
Selasa, 30 Maret 2010
Perjuangan Untuk Hidup
Senin, 29 Maret 2010
5 Kekuatan Perencanaan Sun Tzu
Sangat tepat kiranya, Sun Tzu meletakkan penyusunan rencana dalam bab pertama dalam 13 strategi perangnya. Sun Tzu menegaskan, setidaknya ada 5 faktor yan harus dikuasai sebagai dasar dalam menyusun rencana perang. Yaitu:
1. faktor moral
Jika pemimpin negara mendapat dukungan moral dari akyat, maka rakyatnya pasti siap bertempur dan rela berkorban.
2. faktor langit
Menyangkut cuaca, musim, gelap-terang, peluang, dan timing
3. faktor geografi
Jarak, dan terjalnya medan pertempuran
4. faktor kepemimpinan
Menyangkut wibawa dan kharisma seorang pemimpin yang bijak dan tegas.
5. faktor hukum
Kedisiplinanm serta struktur organisasi yang rapi dan solid.Kedisiplinanm serta struktur organisasi yang rapi dan solid.
Jika kelima faktor ini dikuasai, ditambah pertimbangan faktor pendukung lainnya, maka, pemimpin perang akan akan mampu menyusun rencana perang dan strategi dengan sangat efektif dan efisien. Sun Tzu menegaskan: barangsiapa mampu menyusun rencana dengan sangat saksama, akurat, dan detail, dia akan memenangkan peperangan! Sebaliknya, barang siapa gegabah dan tidak fokus dalam perencanaan, pasti akan kalah dalam perang.
Jadi, dari cara menyusun rencana saja, kita sudah dapat meramalkan, apakah kita akan meraih kemenangan, atau dikalahkan lawan! Ditambahkan pula oleh Sun Tzu tentang konsep mengetahui kekuatan maupun kelemahan diri sendiri, sekaligus mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan. Hasilnya, 100 kali berperang, 100 kali menang!
Sun Tzu mengingatkan, kemenangan harus diawali dengan penyusunan rencana strategi yang matang. Jangan sekali-kali bertindak gegabah atau sembrono pada tahap yang paling mendasar ini. Adakan penyelidikan, pengumpulan data atau informasi yang lengkap, akurat, detail, menyeluruh, serta tinggi tingkat presisinya, dan analisis dengan tajam berbagai faktor di lapangan. Dari analisis tersebut akan menghasilkan suatu strategi perang yang sangat efektif karena kita mengetahui persis kekuatan dominan kita (advantage point). Hasilnya, strategi perang yang tidak saja efektif, tetapi pasti berdaya guna karna kekuatan di tangan kita. Poweful!
http://hanny-kandou.blogspot.com/
Kamis, 25 Maret 2010
Tebing Bunga Lily
Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal dan terpencil, tumbuhlah satu tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai tumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Walau tampak seperti sebatang rumput biasa, si tunas muda itu merasa yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan berubah menjadi bunga lily yang cantik mempesona.
Tetapi rumput-rumput disekitarnya mengejeknya dan menertawakannya. Bahkan burung-burung dan serangga pun menasehatinya supaya si tunas lily berhenti bermimpi menjadi bunga yang indah. Kata mereka, “Sekalipun kamu bisa mekar menjadi bunga lily yang cantik, tetapi karena kamu berada di tebing yang terpencil, maka tidak ada seorang pun yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu.
Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam. Bahkan ia semakin rajin menyerap air dan memanfaatkan sinar matahari untuk memperkuat pertumbuhan akar dan batangnya. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, kuncup pertama pun mulai tumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usahanya tidak sia-sia dan hal itu menambah keyakinan maupun kepercayaan dirinya.
Bunga lily berkata kepada dirinya sendiri, “Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Tidak peduli apakah akan ada orang yang menikmati keberadaanku atau tidak, Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai denga jati diriku sebagai bunga lily.”
Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar dan menebar au yang harum di sekitarnya. Kini tampaklah keindahan bunga berwarna putih yang sempurna. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek atau menertawakan si bunga lily.
Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan bertumbuh terus. Dan hanya satu kuntum menjadi dua kuntum bunga, berkembang lagi dan terus berkembang, sampai akhirnya tepian tebing pun di selimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah dan mempesona. Tebing terjal dan terpencil itu pun akhirnya berubah menjadi taman bunga lily yang sangat indah dan menarik hati. Tempat yang semula sepi itu kini dikunjungi banyak orang. Banyak dari kota maupun dari desa, semua berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily putih tersebut. Akhirnya, tempat itu di kenang banyak orang dan terkenal dengan sebutan Tebing Bunga Lily.
JADIKANLAH KERAGUAN DAN EJEKAN SEBAGAI CAMBUK UNTUK MEMPERKUAT TEKAD DAN PERJUANGKAN DENGAN SEGENAP KEMAMPUAN YANG ADA, BUKTIKAN SEMUA MIMPI DAPAT MENJADI KENYATAAN !!!
http://hanny-kandou.blogspot.com/
Berani Bermimpi
Keesokkan hatinya, murid-murid maju ke depan kelas dan membacakan karangannya masing-masing. Kebanyakan dari mereka bercita-cita menjadi guru, petani, atau pegawai pemerintah, dll. Sang guru menggut-manggut tanda setuju. Lalu, tiba seorang murid yang paling mudah usianya. Bajunya tambal sulam, tubuhnya kurus kecil, tapi suaranya sangat lantang. “Kalau besar nanti, aku ingin punya rumah besar di atas bukit, dengan pemandangan yang indah, berdampingan dengan pohon-pohon kecil di sekelilingnya untuk tempat peristirahatan. Berderet pohon cemara dan poho-pohon yang rindang di antara rumah-rumah itu. Ada taman bunga bertata apik dengan beraneka bunga dan warna. Ada kebun buah dengan buah-buahan lezat yang bisa dipetik oleh penghuni rumah dan penduduk disekitarnya. Saya ingin jadi orang sukses dan bahagia bersama dengan keluarga besar dan para tamu yang datang disana...”
Mendengar suara lantang si murid kecil itu, kontan seisi kelas tertawa bersamaan. “Dasar pemimpi...!” ejek murid yang lain. Mereka mencemooh cita-cita si murid kecil. Melihat kegasuhan itu, si guru jadi marah-marah. Ia menganggap, biang kerok kegaduhan itu adalah si murid kecil. Si guru menegurnya, “Yang kamu tulis itu bukan cita-cita, tapi itu impian yang tidak mungkin terjadi. Kamu harus tulis ulang tentang cita-citamu yang sebenarnya,” perintah sang guru.
“Guru, ini adalah cita-citaku yang sebenarnya. Ini bukan hanya mimpi, ini bisa menjadi kenyataan,” murid kecil bersikeras.
“Hei...Kamu hidup di desa yang miskin, keluarga juga keluarga yang miskin. Bagaimana kamu akan mewujudkan cita-cita seperti itu? Dasar pemimpi...! Buat karangan yan masuk akal saja!” Teriak si guru muali tidak sabar.
“Aku tidak mau cita-cita yang lain. Ini cita-citaku tidak ada yang lain...,” si murid kecil ngotot.
“besok kamu harus bawa karangan yang baru. Jika tidak kamu perbaiki karangan kamu itu, kamu akan mendapat nilai jelek,” si guru mulai mengancam. Namun keesokkan harinya, si murid ke sekolah tanpa membawa karangan baru. Walau di ancam dan di permalukan seperti itu, ia tetap pada cita-cita semulanya. Karena sikapnya yang keras kepala dan tidak mau mengikuti perintah guru, akhirnya ia mendapat nilai paling jelek di kelas.
Tanpa terasa waktu terus berjalan. 30 tahun kemudian, si guru masih tetap mengajar di sekolah dasar itu. Suatu hari, ia mengajak murid-muridnya bea=lajar sambil berwisata ke sebuah kebun buah di atas bukit yang sangat terkenal. Kebun buah itu berada di desa tetangga, tidak seberapa jauh dari desa tempat mereka tinggal. Sesampai di kebun buah yang luas dan indah itu, si guru dan murid-muridnya berdecak kagum. Kebun buah itu ternyata di lengkapi dengan sebuah taman bunga yang luas, di kelilingi pepohonan yang rindang nan sejuk. Yang lebih mengagumkan, di dekatnya terdapat rumah besar bak istana. Tinggi menjulang, mega, dan sangat indah arsitekturnya.
“Orang yang membangun istana ini pastilah orang yang sangat hebat... Mengapa baru sekarang aku tahu ada tempat seindah ini...,” gumam si guru terkagum-kagum. Tiba-tiba terdengar jawaban, “ Bukan orang hebat yang membangun rumah ini... hanya seorang murid bandel yang berani bermimpi punya cita-cita yang besar. Pasti, yang lebih hebat adalah guru dulu yang mendidik bocah itu... Mari masuk ke dalam rumah. Kita nikmati teh dan buah-buahan terbaik dari kebun ini...,” ujar si pemilik rumah itu dengan ramah.
Mendengar ucapan itu, mendadak guru itu terpanah dan teringat siapa yang berdiri di depannya. Dia adalah si murid kecil yang keras kepala yang mendapat nilai jelek waktu itu. Sekarang dia telah menjelma menjadi pengusaha yang sukses. Matanya berkaca-kaca, merasa bersyukur sekali dan sekaligus menahan malu karena 30 tahun yang lalu dirinya melecehkan cita-cita anak itu.
JIKA ADA ORANG YANG MENGEJEK DAN MENCEMOOH MIMPI-MIMPI ANDA KITA, JANGAN PERNAH BERKECIL HATI. HANYA ATU JAWABANNYA, KUATKAN TEKAD DAN SEMANGAT, LALU BERJUANG DENGAN SEKUAT TENAGA, DAN BUKTIKAN BAHWA KITA MAMPU DAN BERHAK UNTUK MENDAPATKAN YANG TERBAIK DARI HIDUP KITA.
http://hanny-kandou.blogspot.com/
Selasa, 23 Maret 2010
Jangan Takut, Jangan Pernah Menyesal
Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata, “Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari enam kata. Dan hari ini aku berikan setengahnya sebagai bekal kepergianmu.” Lalu sang sesepuh menuliskan tiga kaat, yaitu “JANGAN PERNAH TAKUT!”
Waktu terus berjalan. Tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Bermacam suka dan duka telah dijalani sang pemuda tadi. Dengan modal kata bijak “JANGAN PERNAH TAKUT” segala peluang dan tantangan di hadapi denga keyakinan dan penh keberanian. Dengan sikap mental yang luar biasa seperti itu, akhirnya ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.
Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal mengapa tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kebingungan itulah ia teringai dengan sang sesepuh yang telah memberikannya tiga kata bijak. “Bukankah beliau masih menyimpan tiga kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya padaku?” gumamnya.
Maka ia memutuskan pulang kembali ke dusunnya dahulu utnuk menemui sang sesepuh meinta sisa tiga kata yang dijanjikan. Sayangnya, sesampai didusunnya, sang sesepuh ternyata sudah meninggal dunia. Tetapi ada sepucuk surat wasiat yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu akan kembali. Secepatnya dibukanya surat wasiat itu, dan didalamnya berisi pesan tiga kata, yaitu “JANGAN PERNAH MENYESAL!”
Begitu selesai membaca kata-kata JANGAN PERNAH MENYESAL, secara spontan perasaan menyesal yang membebani selama ini langsung hilang, perasaan menjadi ringan, plong dan gembira.
JANGAN TAKUT MENCOBA !! JANGAN TAKUT MEMULAI !!
BILA TELAH DIPERJUANGKAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH, HASILNYA SUKSES ATAU GAGAL, SESUNGGUHNYA SEMANGAT PERJUANGAN ITU TELAH MEMILIKI NILAI KESUKSESAN TERSENDIRI !
JANGAN PERNAH MENYESAL !!
(http://hanny-kandou.blogspot.com)
Sabtu, 20 Maret 2010
Bekerjalah Dengan Hati
Senin, 15 Maret 2010
Suatu Keiklhasan
HaraPAN itu masih ada, tinggal waktu yang menentukan, siapakah yang terbaik dari mereka yang mampu memberikan bhakti bagi rakyat? Ku serahkan tanganku ini padaMU Tuhan, agar saya bisa memutuskan sesuai nurani. Saya tidak ditakdirkan untuk menjadi seseorang tapi kalau memang saya selalu digariskan untuk menjadikan seseorang saya rela. Mohon petunjukMu.
Rabu, 10 Maret 2010
Setiap kejadian tidaklah sesederhana yang kita bayangkan
Orang bijak tidak banyak bicara, tidak banyak komentar, apalagi memprotes
Mengapa?
Sebab orang bijak
memahami,
Setiap kejadian tidaklah sesederhana yang kita bayangkan,
Ada banyak faktor yang melatar-belakangi sebuah permasalahan,
Ada banyak sudut pandang untuk sebuah hal yang sama
Setiap orang cenderung mamandang dalam konteks kepentingan pribadi
Seribu orang seribu opini, seribu paradigma…
Inilah dunia dan
inilah hidup...
Maka orang bijak memilih diam...
Bukan membenci,
bukan pula frustrasi
Tetapi memilih memaklumi dan menilik diri